Kamis, 19 April 2012

AUTISMA


BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri “Isme” yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri. Autisme adalah suatu keadaan dimana anak berbuat semaunya sendiri, baik cara berfikir maupun berperilaku. Keadaan ini biasanya mulai terjadi sejak usia masih muda, biasanya sekitar usia 2-3 tahun.

Istilah autisme sudah cukup populer dikalangan masyarakat, karena banyak media massa dan elektronik yang mencoba mengupasnya secara mendalam. Autisme merupakan gangguan yang dimulai dan dialami pada masa kanak-kanak. Autisme pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun 1943. Dia mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda, ecolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain yang repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.

Autisme menurut istilah ilmiah kedokteran, psikiatri, dan psikologi termasuk dalam gangguan perkembangan pervasif ( pervasive development disorders ). Secara khas gangguan yang termasuk dalam kategori ini ditandai dengan distorsi perkembangan fungsi psikologis dasar majemuk yang meliputi perkembangan keterampilan sosial, dan bahasa seperti perhatian, persepsi, daya nilai terhadap realitas, dan gerakan-gerakan motorik. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autisme infantil gejalanya sudah ada sejak lahir. Gejala bervariasi beratnya pada setiap kasus tergantung pada umur, intelegensi, pengaruh obat, dan beberapa kebiasaan pribadi lainnya.

Menurut sebuah hasil penelitian, tingkat prevalensi dari autisme ini diperkirakan empat sampai lima per 10.000 anak mengalami gangguan autism. Beberapa penelitian yang menggunakan definisi lebih luas dari autism memperkirakan 10 sampai 11 dari 10.000 anak mengalami gangguan autism (Dawson & Castelloe).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan autisme?

2. Apa gangguan yang timbul pada autisme?

3. Apa faktor penyebab autisme?

4. Bagaimana penanganan bagi penderita autisme?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi autisme

2. Untuk mengetahui gangguan yang timbul pada autisme

3. Untuk mengetahui faktor penyebab autisme

4. Untuk mengetahui penanganan bagi penderita autisme

BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Autisme

Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pervasif yang secara menyeluruh mengganggu fungsi kognitif, emosi, dan psikomotorik anak. Oleh sebab itu bisa juga dikatakan sebagai gangguan neurobiologisyang disertai dengan beberapa masalah, autoimunitas, gangguan pencernaan, dysbiosis pada usus, gangguan integrasi sensori, dan ketidakseimbangan susunan asam amino. Beberapa penyebabnya diketahui, antara lain keracunan logam berat ketika anak dalam kandungan, seperti timbal, merkuri, kadmium, spasma infantil, rubella kongenital, sklerosis tuberosa, lipidosis serebral, dan anomali komosom X rapuh. Hal ini merupakan beberapa kondisi yang sering dijumpai.

Selain itu pada anak yang menderita autism diketemukan adanya masalah neurologis dengan cerebral cortex, cerebellum, otak tengah, otak kecil, batang otak, pons, hipotalamus, hipofisis, medula dan saraf-saraf panca indera seperti saraf penglihatan atau saraf pendengaran. Gejala umum yang bisa diamati dari anak dengan gangguan autisme, antara lain gangguan pola tidur, gangguan pencernaan, gangguan fungsi kognisi, tidak adanya kontak mata, komunikasi satu arah, afasia, menstimulasi diri, mengamuk (temper tantrum), tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dn gangguan motorik dan steriotipik.

Kriteria yang paling sering di gunakan adalah yang didefisinikan oleh world health oranization yang terdapat dalam ICD-10 (internasional classification of disease), edisi ke -10 (WHO, 1987) dan the DSM-IV (Diagnostic Statistical Manual, edisi ke-4, dikembangkan oleh American Psychiatric Associaton) (APA, 1994).

Difinisi autistik dalam DSM-IV sebagai berikut

A. Terdapat paling sedikit enam pokok dari kelompok 1,2 dan 3 yang meliputi sedikit dua pokok dari kelompok 1, paling sedikit satu pokok dari kelompok 2 dan paling sedikit satu pokok dri kelompok 3.

1. Ganguan kualitatif dalam interaksi sosial yang ditujukan oleh paling sedikit dua diantara yang berikut ini:

a. Ciri gangguan yang jelas dalam penggunaan berbagai prilaku non verbal (bukan lisan) seperti kotak mata, ekspresi wajah, gestur, dan gerak isarat untuk melakukan interaksi sosial.

b. Ketidakmampuan mengembangkan hubungan pertemanan sebaya yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.

c. Ketidak mampuan turut merasakan kegembiraan orang lain.

d. Kekurangmampuan dalamberhubungn emosional secara timbal balik dengan orang lain

2. Gangguan kuaitatif dalam berkomunikasi yang ditunjukan oleh paling sedikit salah satu dari yang berikut ini:

a. Keterlambatan atau kekurangan secara menyeluruh dalam berbahasa lisan ( tidak disertai usaha untuk mengimbanginya dengan penggunaan distur atau mimik muka sebagai cara alternatif berkomunikasi)

b. Ciri khasada kemammpuan untuk memulai atau melanjutkan pembicaraan orang lain meskipun dalam percakapan sederhana.

c. Penggunaan bahasa repertitif (diulang-ulang) atau stereotip (meniru-niru) atau bersifat idiosinktratik (aneh).

d. Kurang beragamnya spontanitas dalam permainan pura-ura orang lain yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.

3. Pola minat perilaku yang terbatas, peretitif dan stereotip sperti yang ditunjukan oleh paling tidak satu dari yang berikut ini:

a. Meliputi keasyikan dengan satu atau lebih pola minat yang terbatas atau stereotip yng bersifat abnormal baik intensitas maupun fokus.

b. Kepatuhan yang tampaknya didorong oleh rutinitas atau ritual spesifik (kebiasaan tertentu) yang nonfungsional ( tidak berhubungan dengan fungsi).

c. Perilaku gerakan stereotip dan repetitif (seperti terus menerus membuka-tutup genggaman, memuntir jari atau tangan atau gerakan tubuh dengan cara yang kompleks).

d. Keasyikan yang terus menerus terhadap bagian-bagian dari sebuah benda.

B. Perkembangan abnormal atau terganggu sebelum usia 3 thun seperti yang ditunjukan oleh keterlambatan atau fungsi yang abnormal yang paling sedikit satu dari bidang-bidang berikut ini : (1) interaksi sosial, bahasa yang digunakan dalam perkembangan sosial, (2) bahasa yang digunakan dalam komunikasi soaial, atau (3) permainan simbiotik atau imajinatif.

C. Sebaiknya tidak disebut dengan gangguan Rett, ganngguan integratif kanak-kanak, atau sindrom asperger.

Tabel Aspek-aspek perkembangan normal selama tahun-tahun perkembangan prasekolah: bahasa dan komunikasi.

USIA DALAM BULAN

2

Suara-suara vocal mendekuk

6

“Pembicaraan” vocal atau bertatap muka

Posisi dengan orang tua

Suara-suara konsonan mulai muncul

8

Berbagai intonasi dalam ocehan, termasuk bertanya

Intonasi

Mengocehkan potongan-potongan secara berulang-ulang

(ba-ba-ba, ma-ma-ma)

Gerakan menunjuk mulai muncul

12

Kata-kata pertma mulai muncul

Penggunaan jargon dengan intonas seperti kalimat

Bahasa yang sering digunakan untuk menanggapi lingkungan dan permainan vokal

Penggunaan bahasa tubuh plus vokalis untuk mendapatkan perhatian, menunjukan benda-benda dan mengajukan permintaan.

18

3-50 kosa kata

Bertanya pertanyaan yang sederhana

Perluasan makna yang berlebihan (misalnya, ”papa” untuk semua laki-laki

Menggunakan bahasa untuk menanggapi, meminta sesuatu dan tindakan, dan mendapatkan perhatian

Juga menarik orang lain untuk mendapatkan dan mengarahkan perhatian

Mungkin sering melakukan perilaku ”echo” atau meniru

24

Kadang-kadang 3-5 kata digabung (ucapan yang bersifat “telegrafik”)

Bertanya pertanyaan yang sederhana (misalnya, Mana papa? Pergi?)

Menggunakan kata ”ini” disertai perilaku menunjuk

Menebut diri sendiri dengan nama dan bukannya ”saya”

Tidak dapat mempertahankan topik pembicaraan

Bisa dengan cepat membalikkan kata-kata ganti

36

Bahasa berfokus pada di sini dan sekarang

Kosa kata sekitar 1000 kata

Kebanyakan morfem gramatikal (kata jamak, masa lampau, preposisi, dll.) digunakkan secara tepat

Perilaku echo jarang terjadi pada usia ini

Bahasa semakin banyak digunakan untuk berbicara mengenai ”di sana” dan ”kemudian”

Banyak bertanya, sering kali lebih untuk melanjutkan interaksi dari pada mencari informasi

48

Strukutur kalimat yang komplek digunakan

Dapat mempertahankan topik pembicaraan dan menambah informasi baru

Bertanya padda orang lain untuk menjelaskan ucapan-ucapan

Menyesuaikan kualitas bahasa dengan pendengar (misalnya, menyerhanakan bahasa ketika berbicara dengan anak berusia 2 tahun)

60

Penggunaan struktur yang kompleks digunakan

Struktur gramatikal sudah matang secara umum (masih ada beberapa masalah dengan kesesuaian subyek/kata kerja, bentuk-bentuk kata yang tidak beraturan, pengucapan, dll.)

Kempuan untuk menilai kalimat secara gramatikal/ non gramatikal dan membuat perbaikan

Mengembangkan kemampuan memahami lelucon dan sindiran, mengenali keracunan verbal

Meningkatkan kemampuan untuk menyesuaikan bahasa dengan perspektif dan peran pendengar

Tabel perkembangan dini pada autisme: bahasa dan komunikasi.

USIA DALAM BULAN

6

Tangisan sulit dipahami

8

Ocehan yang terbatas atau tidak normal (misalnya, menjerit atau berciut)

Tidak ada peniruan bunyi, bahasa tubuh, ekspresi

12

Kata-kata pertama mungkin muncul, tapi sering kali tidak bermakna

Sering menangis keras-keras; tetapi sulit untuk dipahami

24

Biasanya kurang dari 15 kata

Kata-kata muncul kemudian hilang

Bahasa tubuh tidak berkembang; sedikit menunjuk pada benda

36

Kombinasi kata-kata jarang

Mungkin ada kalimat-kalimat yang bersifat echo, tapi tidak ada penggunaan bahasa yang kreatif

Ritme, tekanan atau peekanan suara yang aneh

Artikulasi yang sangat rendah separuh dari anak-anak normal

Separuhnya atau lebih tanpa ucapan-ucapan bermakna

Menarik tangan orang tua dan membawanya ke suatu obyek

Pergi ketempat yang sudah biasa dan menunggu untuk mendapatkan sesuatu

48

Sebagian kecil bisa mengkombinasikan dua atau tiga kata secara kreatif

Ekolali masih ada; mungkin digunakan secara komunikatif

Meniru iklan TV

Membuat permintaan

(Dari watson, L., dan Marcus, L., Diagnosa penilaian terhadap anak-anak prasekolah. Dalam schopler, E., dan Mesibov, G. (eds) Diagnosa dan assassment in autism. London , Plenum Press, 1988).

Tabel perkembangan normal

USIA DALAM BULAN

INTERAKSI SOSIAL

2

Menggerakkan kepala dan mata untuk mencari arah suara

Senyuman sosial

6

Perilaku meraih sebagai wujud antisipasi untuk digendong

Mengulangi tindakan ketika ditiru oarng dewasa

8

Membedakan orang tua dari orang lain

“Memberi dan menerima” permainan pertukarang objek dengan orang dewasa

Main cilukba dan semacamnya dengan naskah

Menunjukksn obyek kepada orang dewasa

Melambaikan tangan tanda perpisahan

Menangis dan/atau merangkak mengejar ibu ketika meninggalkan ruangan

12

Anak memulai permainan secara lebih sering

Peran sebagai agen dan juga responden secara bergiliran

Kontak visual yang meningkat dengan orang dewasa selama bermain

18

Mulai bermain dengan teman sebaya: menunjukan, memberikan, mengambil mainan.

Pemainan soliter atau paralel masih sering dilakukan

24

Masa bermain dengan teman sebaya singkat

Permainan dengan teman sebaya lebih banyak melibatkan gerakan kasar (misalnya, bermain kejar-kejaran) daripada berbagi mainan

36

Belajar mengambil giliran dan berbagi dengan teman sebaya

Masa kooperatif yang langgeng dengan teman sebaya

Pertengkaran diantara teman sebaya sering terjadi

Senang membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah

Senang berlagak untuk membuat orang lain tertawa

Ingin menyenangkan orang tua

48

Tawar-menawar peran dengan teman sebaya dalam permainan sosio-dramatik

Memiliki teman bermain favorit

Teman sebaya tidak menyertakan secara verbal (kadang-kadang secara fisik) anak-anak yang tidak disenangi dalam permainan

60

Lebih berorientasi pada teman sebaya dari pada oarang dewasa

Sangat berminat menjalin hubungan persahabatan

Bertengkar dan saling mengejek dengan teman sebaya biasa terjadi

Dapat mengubah peran dari pemimpin ke pengikut ketika bermain dengan teman sebaya.

Tabel Perkembangan dalam autisme

USIA DALAM BULAN

INTERAKSI SOSIAL

6

Kurang dan menuntut dari pada bayi normal

Sebagian kecil cepat marah

Sedikit sekali kontak mata

Tidak ada respon antisipaasi secara sosial

8

Sulit rendah ketika marah

Sekitar seperti diantaranya sangat menarik diri dan mungkin secara aktif menolak interaksi.

Sekitar seperti diantaranya menerima perhatian tapi sangat sedikit memulai interaksi

12

Sosiabilitas seringkali menurun ketika anak mulai belajar berjalan, merangkak

Tidak ada kesulitan pemisahan

24

Biasanya membedakan orang tua dari orang lain, tapi sedikit afeksi yang diekspresikan

Mungkin memeluk dan mencium sebagai gerakan tubuh yang otomatis ketika diminta.

Tidak acuh terhdap orang dewasa selain oarang tua

Mungkin mengembangkan ketakutan yang besar

Lebih menyendiri

36

Tidak bisa menerima anak-anak yang lain

Sensitifitas yang berlebihan

Tidak bisa memahami makna hukuman

48

Tidak dapat memahami atuaran dalam permainan dengan teman sebaya

60

Lebih berorientasi kepada orang dewasa dari pada teman sebaya

Sering menjadi lebih bisa bergaul tapi interaksi tetap aneh dan satu sisi

2. Gangguan Pada Penderita Autisme

a. Gangguan pada penderita autisme dalam komunikasi verbal maupun non verbal.

Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara,. menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan, berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain. Suka menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot, tidak digunakan untuk komunikasi dan mimik datar.

b. Gangguan pada penderita autisme dalam bidang interaksi sosial.

Menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh.

c. Gangguan pada penderita autisme dalam bermain.

Bermain sangat monoton dan aneh, mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet, baterai, dsb. Tidak reflek, tidak berimajinasi dalam bermain, tidak dapat meniru tindakan temannya, dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak.

d. Gangguan pada penderita autisme dalam berperilaku

Sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian, harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Terlihat hiperaktif, sering menyakiti diri sendiri seperti memukul atau membenturkan kepala. Kadang sangat hiperaktif atau sangat pasif. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.

e. Gangguan penderita autisme pada perasaan dan emosi

Perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.. Tidak dapat berempati dengan anak lain.Perasaan sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering melepaskan diri dari pelukan.

Autisme dipengaruhi oleh multifaktorial. Sejauh ini, masih belum terdapat kejelasan secara pasti mengenai penyebab dan faktor resikonya. Strategi pencegahan yang dilakukan masih belum optimal. Saat ini tujuan pencegahan hanya sebatas mencegah agar gangguan yang terjadi tidak lebih berat lagi, bukan untuk menghindari. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap secara jelas misteri penyebab gangguan ini sehingga nantinya dapat dilakukan strategi pencegahannya.

3. Faktor Penyebab Autisme

Sampai saat ini para ahli belum menentukan penyebab pasti mengapa seorang anak menjadi autisme. Beberapa ahli berpendapat autisme merupakan sindroma yang disebabkan oleh berbagai penyebab seperti:
a. Faktor genetik

Orang tua yang memiliki autisme bisa menurunkan kelainan tersebut pada anak mereka. Kemungkinannya sekitar 5-8%. Sedangkan pada anak kembar, jika yang satu mengalami autisme, maka yang lain memiliki kemungkinan mengalami autisme juga. Kemungkinannya akan meningkat pada anak-anak kembar identik.
b. Kelainan otak
Adanya kerusakan atau berkurangnya jumlah sel syaraf yang disebut sel purkinye.

c. Kerusakan Syaraf
Kerusakan syaraf yang terjadi pada anak autisme menyebabkan ia tidak bisa membuang kelebihan merkuri yang ada dalam tubuhnya. Akibat ketidakmampuan mereka untuk membuang merkuri, pada anak autisme ditemukan kadar merkuri yang melebihi ambang batas. Kondisi ini mengganggu fungsi syaraf-syaraf otaknya, terutama syaraf yang berkaitan dengan kemampuan sosialisasi. Tingginya kadar merkuri bisa dilihat melalui pemeriksaan urine dan rambut.
d. Kelainan Neurotransmitter
Terjadi karena impuls listrik antar sel terganggu alirannya. Neurotransmitter yang diduga tersebut adalah serotine (kadarnya tinggi dalam darah ± 30% penyandang autisme) dan dopamine (diduga rendah kadar darahnya pada penyandang autisme)
e. Kelainan Peptida di otak

Dalam keadaan normal, glutein (protein gandum) dan kasein (protein susu) dipecah dalam usus menjadi peptida dan asam amino.
Sebagian kecil peptida tersebut diserap di usu dan kemudian beredar dalam darah. Bila berlebihan akan dikeluarkan melalui urin dan sebagian lainnya akan disaring kembali saat melewati batang otak sehingga yang masuk kedalam otak hanya sedikit (khususnya gliadorphin, turunan peptida glutein dan casomordophin turunan pepsida kasein).
f. Komplikasi saat hamil dan persalinan
Komplikasi yang terjadi seperti pendarahan pada trimester pertama yaitu janin yang disertai terispnya cairan ketuban yang ebrcampur feses dan obat-obatan yang diminum ibu selama masa kehamilan.
g. Kekebalan tubuh.
Terjadi karena kemungkinan adanya interaksi gangguan kekebalan tubuh (autoimun) dengan faktor lingkungan yang menyebabkan autisme.
h. Keracunan

Keracunan yang banyak dicurigai adalah karena keracunan logam berat timah hitam (Plumbun), arsen, antimony, cadmium, dan merkuri yang berasal dari polusi udara, air ataupun makanan.

i. Vaksinasi
Ada jenis vaksinasi yang diduga mengandung kadar merkuri tinggi. Beberapa kasus autisme terjadi setelah anak mendapatkan vaksinasi tertentu. Tanyakan pada dokter anak Anda mengenai hal ini.

j. Virus
Ada kemungkinan, virus rubella dan Cytomegalo virus yang menginfeksi ibu hamil pada trimester pertama bisa meyebabkan resiko anak terkena autisme.

k. Makanan laut
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan anak autis lebih banyak mengkonsumsi hidangan laut.
Kadar merkuri dalam makanan laut lebih tinggi dibandingkan dengan sumber protein lain.

  1. Penanganan Bagi Penderita Autisme

a. Terapi Medikamentosa

Pengobatan ini lebih tertuju untuk mencoba memperbaiki komunikasi, mempebaiki respon terhadap lingkungan dan menghilangkan pilaku yang aneh dan diulang-ulang. Namun, karena gangguan yang terjadi itu didalam otak, maka obat-obatan yang dipakai tentu saja obat-obatan yang bekerja diotak,, yaitu yang sering dipakai oleh para psikiater.

Jadi yang perlu diinget adalah bahawa pemberian obat pada anak harus didasarkan pada:

1. diagnisis yang tepat

2. indikaasi yang kuat

3. pemakaian obat yang seperlunya

4. pemantauan ketat gejala efek samping

5. dosis obat terus menerus disesuikan kebutuhan

6. pakai obat yang sudah dikenal

juga perlu diingat bahwa setiap anak mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap:

· efek obat

· dosis obat

· efek samping obat

b. Terapi Wicara

Terapi Wicara adalah suatu keharusan autisme, karena semua penyandang autisme mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa. Menerapkan terapi wicara pada penyandang autisme berbeda dengan anak lain. Terapi sebaiknya dibekali dengan pengetahuan yang cukup mendalam tentang gejala-gejala dan gangguan bicara yang khas dari para penyandang autisme.

c. Terapi Perilaku

Berbagai jenis terapi perilaku telah dikembangkan untuk mendidik penyandang autisme, mengurangi perilaku yang tidak lazim, dan menggantinya dengan peilaku yang bisa diterim dalam masyarakat. Terpi perilaku sangat penting untuk membantu para penyandang autisme untuk lbih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja gurunya yang harus melakukan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap anggota keluarga diruamh harus besikap sama dan konsisten dalam menghadapi penyandang autisme.

d. Pendidikan Khusus

Pendidikan Khusus adalah pendidika individual yang tersetrukur bagi para penyandang autisme. Pada pendidikan khusus, diterpkan sistem satu guru untuk satu anak. Sistem ini paling efektif karena meeka mungkin dapat memusatkan perhatianya dalam suatu kelas yang besar. Banyak oarang tua yang tetap memasukan anaknya ke kelompok bermain atau STK normal, dengan harapan bahwa anaknya bisa belajar bersosialisasi. Untuk penyandang autisme yang ringan hal ini bisa dilakukan, namun ia harus tetap mendapatka pendididkan khusus. Untuk menyandang autisme yang sedang atau berat sebaiknya diberikan pendidikan individual terlebih dahulu, setelah mengalami kemajuan secara bertahap ia bisa dicoba dimasukan kedalam kelas dengan kelompok kecil, misalnya 2 sampai 5 anak per kelas. Setelah lebih maju lagi, baru anak ini dicoba dimasukan kedalam kelompok bermain atau STK kelas normal. Namun sebaiknya, janis terapi yang lain terus dilanjutkan.

e. Terapi Okupasi

Sebaiknya penyandang autisme mempunyai pekembangan motorik yang kurang baik. Grak gerikna kasar dan kurang luwes bila dibanding dengan anak-anak lain seumuranya. Anak-anak ini pelu diberi bantuan terapi okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi, dan membuat otot halusnya bisa terampil. Otot jari tangan misalnya sangat penting dikuatkan dan dilatih supaya anak bisa menulis dan melakukan semua hal yang membutuhkan keterampilan otot jari tangannya.

  1. keberhasilan terapi tergantung pada beberapa faktor :

· Berat atau ringanya gejal. hal ini tentu saja tergantung dari berat ringannya gangguan yang ada didalam sel otak sendiri

· Umur. Diagnosis ini sangatlah penting, sebab semakin muda umur anak pada saaat terapi dimulai, semakin besar kemungkinan untuk berhasil. Dikatakan bahwa umur yang ideal adalah antara umur 2 sampai 5 tahun dimana sel otak masih bisa dirangsang untuk membemtuk cabang-cabang neuraon baru.

· Kecerdasan, makin cerdas makin cepat dia bisa mengungkap hal-hal yang diajarka kepadanya.

· Bicara dan berbahasa. Tidak semua penyandang auitisme berhasil mengembangkan fungsi bicara dan berbahasanya. Dua puluh persen dari penyandang autisme tidak mampu bicara seumur hidup, sedangkan sisnya ada yang bisa bicara namun sulit dan kaku. Namun, ada pula yang bisa bicara dengan lancar . mereka yang fungsi bicara dan berbahasanya denga baik, tentu saja lebiih mampu diajar berkomunikasi.

· Intensitas dan terapi. Penanganan pada penyandang autisme harus dilakukan dengan sangat intensif. Beberapa pakar mengatakan bahwa terapi secara formal sebaiknya dilakukan antar 4 sampai 8 jam sehari. Namun disamping itu, seluruh keluarga pun harus ikut terlibat melakukan komunikasi dengan anak sejak anak tersebut bangun pagi hingga tiap tidur pada malam hari.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pervasif yang secara menyeluruh mengganggu fungsi kognitif, emosi, dan psikomotorik anak.

Gangguan Pada Penderita Autisme:

a. Gangguan pada penderita autisme dalam komunikasi verbal maupun non verbal.

b. Gangguan pada penderita autisme dalam bidang interaksi sosial.

c. Gangguan pada penderita autisme dalam bermain

d. Gangguan pada penderita autisme dalam berperilaku

e. Gangguan penderita autisme pada perasaan dan emosi

Faktor Penyebab Autisme:

a. Faktor genetik

b. Kelainan otak

c. Kerusakan syaraf

d. Kelainan neurotransmitter

e. Kelainan peptida di otak

f. Komplikasi hamil dan persalinan

g. Kekebalan tubuh

h. Keracuanan

i. Virus

j. Vaksinasi

k. Virus

l. Makanan laut

Penanganan bagi penderita autisme:

a. Terapi medikamentosa

b. Terapi wicara

c. Terapi perilaku

d. Pendidikan khusus

e. Terapi okupasi

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Maulana, Mirza. 2008. Anak Autis. Ygyakarta : Ar-Ruzz Media Group

Peeters, Theo. 2009. Panduan Autisme Terlengkap. Jakarta : Dian Rakyat

Safaria, Triantoro. 2005. Autisme. Yogyakarta : Graha Ilmu